Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan


Prinsip Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan - Umumnya kita mengenal peta sebagai gambar rupa muka bumi pada suatu bidang datar atau selembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil atau diskalakan. Bentuk rupa bumi yang digambarkan dalam sebuah peta meliputi unsur-unsur alamiah dan unsur-unsur buatan manusia. Kemajuan teknologi komputer secara nyata telah mampu memperluas wahana dan wawasan kita mengenai peta.

Dewasa ini selembar peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi bentuk penyajiannya pun sudah mulai beralih ke dalam bentuk data digital yang di dalamnya telah terpadu antara gambar, citra, dan teks.

Peta yang terkelola dalam mode digital, memiliki keuntungan penyajian dan penggunaan secara konvensional peta hasil cetakan (hardcopy) dan keluwesan, kemudahan penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisis, dan penyajiannya secara interaktif bahkan real time pada media komputer (softcopy).

Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan


Penggambaran rupa bumi dapat diperoleh dengan melakukan berbagai pengukuran di antara titik-titik di permukaan bumi. Pengukuran tersebut meliputi besaran-besaran arah, sudut, jarak, dan ketinggian. Apabila data besaran-besaran itu diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan, pemetaan dilakukan dengan cara teristris. Akan tetapi, jika cara pengukuran sebagian dari pengukuran tidak langsung, seperti cara fotogrametris dan penginderaan jauh dikatakan sebagai pemetaan cara ekstrateristris.



Prinsip Dasar Pembuatan Peta


Kartografi adalah seni pembuatan peta. Tujuannya mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil ukuran berbagai pola atau unsur permukaan bumi dan menyatakan unsur-unsur tersebut dengan skala tertentu.

Sebagai sebuah sistem komunikasi, kartografi memuat berbagai unsur yang saling memengaruhi antara satu unsur dan unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut dapat dibagankan sebagai berikut.

Prinsip Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan


Sistem komunikasi yang terdapat dalam kartografi terdiri atas empat jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Numeracy, yaitu jenis komunikasi kartografi matematis.
b. Articulacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan berbicara.
c. Literacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan penggunaan huruf.
d. Graphicacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan gambar simbol.

Jenis komunikasi dengan gambar simbol inilah (graphicacy) yang dipakai dalam kartografi. Dalam pembuatan peta, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan peta adalah sebagai berikut.
a. Menentukan daerah yang akan dipetakan.
b. Membuat peta dasar (base map), yaitu peta yang belum diberi simbol.
c. Mencari dan menggolongkan data sesuai dengan tujuan pembuatan peta.
d. Menentukan simbol-simbol yang merupakan representasi data.
e. Memplot simbol pada peta dasar.
f. Membuat legenda.
g. Melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar, serta menarik.


a. Penulisan pada Peta

Jika memperhatikan tulisan pada peta, nampak antara peta yang satu dengan yang lain masih ada perbedaan. Khusus untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli, yaitu sebagai berikut.

1) Nama geografis ditulis dengan menggunakan bahasa atau istilah yang biasa digunakan penduduk setempat. Misalnya, Sungai ditulis Ci untuk Jawa Barat dan sebagian DKI, Kreung untuk Aceh, Way untuk Lampung, dan Kali untuk Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring. Misalnya Ci Tarum, Kali Berantas, Kali Progo, dan Way Kambas.

Dasar Pembuatan Peta


2) Nama-nama objek geografis berupa kawasan perairan, seperti danau, laut, sungai, waduk, ditulis dengan huruf miring. Contohnya Laut Jawa, Sungai Ci Manuk, Danau Toba, dan Samudra Hindia.
3) Nama jalan ditulis harus searah dengan arah jalan tersebut dan ditulis dengan huruf cetak kecil.


b. Memperbesar dan Memperkecil Peta

Setelah memahami langkah-langkah pembuatan peta, macammacam simbol peta dan penggunaannya. Sekarang, marilah kita pelajari cara memperbesar dan memperkecil peta. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbesar maupun memperkecil peta, yaitu dengan penggunaan metode pembuatan kotak-kotak grid, fotokopi, maupun dengan alat pantograf.

1) Memperbesar Peta
Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memperbesar peta, yaitu sebagai berikut.
a) Memperbesar Grid (Sistem Grid)
Langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut.
(1) Buat grid pada peta yang akan diperbesar.
(2) Buat grid yang lebih besar pada kertas yang akan digunakan untuk menggambar peta baru. Untuk Pembesarannya sesuai dengan rencana pembesaran, misalnya 1 kali, 2 kali, 100 %, dan 200 %.
(3) Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta baru.
(4) Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran. Ketentuan perubahan skala dalam memperbesar dan memperkecil peta adalah jika peta diperbesar, penyebut skala harus dibagi dengan bilangan n. Namun, sebaliknya jika peta diperkecil sebesar n kali, penyebut skala harus dikali dengan bilangan n. Berikut ini gambar yang menjelaskan pengaruh dari skala sebagai komponen peta terhadap tampilan peta itu sendiri.

Memperbesar Peta


b) Fotokopi
Cara lain memperbesar peta adalah dengan fotokopi. Peta yang akan diperbesar atau diperkecil, sebaiknya menggunakan skala garis. Peta yang menggunakan skala angka atau bilangan, sebenarnya dapat pula diperbesar dan diperkecil ukurannya dengan menggunakan mesin fotokopi. Namun, sebelum peta tersebut di fotokopi, skala bilangan yang terdapat dalam peta perlu diubah dulu ke skala garis.

Jika skala peta 1 : 100.000 diubah dari skala angka ke skala garis hasilnya menjadi:

Fotocopi skala peta

Artinya, jarak 1 cm di peta mewakili jarak 1 km di lapangan sebenarnya.

c) Menggunakan Pantograf
Pantograf adalah alat untuk memperbesar dan memperkecil peta. Dulu, alat ini terbuat dari kayu yang telah diserut menjadi halus, dilengkapi dengan pensil dan paku yang ditumpulkan terlebih dahulu.

2) Memperkecil Peta

Cara memperkecil peta, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teknik memperbesar skala peta. Terdapat tiga alternatif teknik yang dapat Anda gunakan untuk memperkecil peta. Ketiga teknik tersebut adalah sebagai berikut.
a) Memperkecil peta dengan bantuan grid peta yang diperkecil.
b) Fotokopi peta.
c) Pantograf.

Memperkecil Peta



Pantograf dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan prinsip kerja jajaran genjang. Tiga dari empat sisi jajaran genjang (a, b dan

c) memiliki skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi tersebut dapat diubah sesuai kebutuhan. Adapun formulasi yang digunakan adalah:

Skala Faktor Peta


Contoh:
Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat.

Diketahui:
m = 1 (besar peta yang asli)
M = 2 (besar peta yang akan dibuat)
Skala faktor = ½ x 500 = 250

Setelah diperoleh besarnya skala faktor, kemudian pantograph diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing lengan pantograph memiliki skala faktor sama dengan 250.

Caranya:
Peta yang akan diperbesar letakkan ditempat B dan kertas gambar kosong letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian, gerakkan B mengikuti peta asal. Dalam proses penjiplakan, harus dilakukan dengan hati-hati, agar peta yang akan dijiplak tidak mengalami kerusakan.

c. Alat Bantu Sederhana dalam Pembuatan Peta

Anda harus belajar membuat peta. Pembuatan peta dapat dilakukan secara sederhana. Proses pembuatannya meliputi pengukuran langsung dan pembuatan peta tematik secara sederhana. Mulailah dengan pemetaan daerah sempit, kemudian dilanjutkan secara bertahap hingga mencakup daerah yang lebih luas. Alat yang dapat digunakan adalah kompas magnetik dan pita ukur, panjangnya 50 meter dan dapat digulung. Pengukuran dilakukan dengan penggunaan metode berantai (chain survey).

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode pembuatan peta dengan alat bantu sederhana.
1) Unsur-unsur yang diukur meliputi sudut arah (azimuth magnetik) dan jarak.
2) Tahap pengukuran dimulai dari daerah yang sempit, kemudian diteruskan secara bertahap ke wilayah yang relatif lebih luas.
3) Sudut arah (azimuth magnetik) diukur dengan menggunakan kompas magnetik. Jarak dapat diukur dengan menggunakan pita ukur dari logam tipis yang dapat digulung, misalnya pita ukur sepanjang 50 meter.
4) Pengukuran jarak dan arah (azimuth magnetik) dilakukan pada garis ukur pokok atau segment garis.


Sebelum melanjutkan materi, mpembahasan mengenai Cara Membaca Peta ini mungkin dapat membantu.


Langkah Langkah membuat peta adalah sebagai berikut :



1) Teknis Pengukuran Arah dan Jarak

a) Sudut Arah (Azimuth)
Tanda orientasi merupakan salah satu unsur utama proses pengukuran. Setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). Apabila Anda memperhatikan suatu peta yang lengkap, terdapat tiga arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta, yaitu sebagai berikut.
(1) Arah utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis.
(2) Arah utara sebenarnya, sering pula dinamakan utara geografis, atau utara arah meridian.
(3) Arah utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada bidang horizontal di peta.

Langkah Membuat Peta


Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah peta. Jika salah menafsirkan arah orientasi, berarti tanpa disadari kita telah tersesat.

Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah suatu objek ke tempat objek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau dikenal juga dengan sebutan azimuth magnetik. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.

Langkah Membuat Peta 1



Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º

b) Pengukuran Jarak
Perlu Anda ketahui, bahwa jarak yang dapat digambarkan secara
langsung pada peta adalah jarak horizontal, bukan jarak miring.

Langkah Membuat Peta 2


Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan waterpass sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A–D adalah d1 + d2 + d3.

Langkah Membuat Peta 3


Untuk wilayah yang relatif datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun pada daerah yang tidak datar kadangkala terdapat hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang relatif panjang, yaitu adanya objek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC.

Langkah Membuat Peta 4


Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian, menarik garis dari B ke D hingga di bawah titik C. Kemudian, membuat garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E). Pada Gambar 1.27, diperoleh segitiga ABD dan CED yang sama dan sebangun sehingga jarak AB yang akan diukur sama dengan jarak CE.

Langkah Membuat Peta 5



2) Tahapan Pengukuran Jarak dan Arah

Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak mengalami penyimpangan, perlu dilakukan secara bertahap. Misalkan akan memetakan jalur jalan A–B, tahapan pengukuran yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukuran pokok yang ditunjukkan oleh garis 1–2, 2–3, 3–4, dan 4–5. Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis (UM) ke garis pokok.
b) Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objek-objek tertentu, seperti bangunan, dan aliran sungai, objek tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili objek tersebut. Garis ini disebut offset. Pada contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur pokok 1–2.

Langkah Membuat Peta 6


Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 2 diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.


3) Penggambaran dan Scribing

Penggambaran dan scribing secara manual merupakan pekerjaan yang penting dalam memproduksi peta. Di dalam pemetaan secara photogrametris, biasanya plotting dilakukan dengan pensil di atas kertas tidak tembus cahaya (opaque paper) atau material lain yang tembus pandang.

Pekerjaan penggambaran kembali dilakukan oleh seksi kartografi agar diperoleh gambar yang lengkap dengan standar yang memenuhi persyaratan untuk peta akhir. Jika peta yang akan dibuat terdiri atas beberapa warna maka penggambarannyapun dilakukan terpisah untuk setiap warna.

Secara umum, terdapat dua teknik utama yang digunakan untuk membuat garis-garis di dalam kartografi reproduksi, yaitu sebagai berikut.
a) Penggambaran dengan Pena dan Tinta
Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil gambar yang baik, yaitu sebagai berikut.

(1) Material Tempat Dilakukan Penggambaran Material yang akan dipakai harus memiliki dimensi kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian dan untuk memberikan keseimbangan yang baik bagi warna yang berbeda. Plastik film merupakan material gambar yang baik di dalam kartografi reproduksi. Plastik film memiliki permukaan yang halus untuk menggambar, tetapi memiliki kelemahan karena menarik lemak sehingga terlebih dahulu harus dibersihkan dengan bedak dan keadaan tangan harus tetap dalam keadaan bersih.

Tinta gambar tidak dapat menembus plastik, tetapi akan melekat apabila tintanya sudah kering. Jadi, penggambaran pada media plastik harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena harus menunggu tintanya kering. Koreksi penggambaran dilakukan dengan scraping (dikerok) atau dihapus dengan kain sebelum tinta tersebut kering.

Tinta yang digunakan untuk pembuatan peta harus yang berkualitas baik, misalnya tahan air (waterproof), hitam kelam, tahan lama, dan harus cepat kering. Untuk penggambaran pada PVC, plastik (astralon, astrafoil) biasanya dipakai tinta Pelikan K yang memenuhi persyaratan tersebut. Untuk plastik material, dipakai tinta Pelikan TT. Pelikan T biasanya digunakan untuk penggambaran pada kertas biasa atau plastik, sedangkan Pelikan TN adalah tinta spesial untuk penggambaran pada photographic film.

(2) Tipe Pena yang Dipakai Jenis pena yang digunakan juga tidak boleh sembarangan, harus diupayakan menggunakan pena yang berkualitas. Pena yang paling sederhana, di antaranya mapping pen dapat digunakan untuk pekerjaan dengan tangan bebas (free hand). Untuk menggambarkan garis lurus dan garis kurva dengan ber macam-macam ketebalan dipakai rulling pen karena dengan pena tersebut dapat diatur ketebalan tintanya. Saat ini, telah banyak pena yang berkualitas baik, yaitu reservoir pen antara lain Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran yang bervariasi mulai ketebalan 0,1 mm sampai 1,2 mm.

b) Penggoresan
Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing merupakan salah satu teknik penggambaran yang dilakukan dengan pena scribing. Alat yang dipakai untuk scribing memiliki bentuk dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, terbuat dari sejenis batu permata. 

Langkah Membuat Peta 7


Alat yang sering dipakai adalah pena scribing yang terdiri atas baja atau campuran lain, seperti kawat wolfram dan lain-lain. Keuntungan dari scribing, di antaranya sebagai berikut.
(1) Kualitas garis yang dihasilkan tampak lebih rapih, baik, dan memiliki bentuk yang relatif tetap.
(2) Tidak begitu memerlukan keterampilan khusus, seperti pada pekerjaan meng gambar, yang terpenting adalah keuletan dan ke hati-hatian.
(3) Efektif dan efisien.


4) Penempatan Nama

Lettering pada suatu peta sangat diperlukan. Lettering harus diupayakan secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada lettering akan menimbulkan kebingungan pembaca peta, sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam lettering suatu peta, yaitu sebagai berikut.
a) Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan huruf serta coretan pada awal dan akhir setiap huruf (Serif).
b) Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf- besarkecil, tegak (Romana, upright), miring (italic). Huruf-huruf yang dipakai pada kartografi modern disebut Sans Serif (gothic).
c) Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size memiliki tinggi lebih kurang 0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan tepi bawah (descender).
d) Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
e) Metode lettering, dibedakan atas tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

(1) Stick up lettering
Metode ini paling baik dibandingkan dengan metode lain nya karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
(a) lebih cepat;
(b) tidak membutuhkan keahlian khusus; dan
(c) jika posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat diperbaiki. Umumya stick up lettering dicetak pada plastic yang balikannya diberi perekat. Cara penempelannya dilakukan dengan memotong nama demi nama atau huruf demi huruf. Cara lain penempelannya dilakukan dengan mengosok setiap huruf. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up lettering yaitu nonimpact (photography, electronic) dan impact (dengan mesin ketik atau pencetakan).

(2) Computer Assisted Lettering
Perkembangan pemakaian peralatan komputer grafik mendorong kartografer untuk menerapkan beberapa metoda letering secara elek tronis. Dengan cara ini, peta diberi namanama dengan vector plotter atau raster printer. Kelemahan metode letering dengan komputer adalah pada penem patan nama karena komputer hanya dapat menempatkan nama-nama tersebut secara lurus dan horizontal.

(3) Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta
Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan letering dengan tinta, yaitu leroy, wrico, dan varigraph. Pengoperasikan ketiga alat tersebut menggunakan bantuan template dan pena khusus. Dari ketiga alat tersebut, varigraph merupakan alat yang paling baik karena dapat mengubah bentuk huruf.


f) Penempatan nama atau huruf
Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar terutama untuk peta yang padat dengan nama-nama fenomena.

Langkah Membuat Peta 8


Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para pengguna. Ada beberapa ketentuan atau aturan tentang penempatan nama, yaitu sebagai berikut.
(1) Nama-nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid (peta skala kecil).
(2) Nama-nama yang tercantum dapat memberi keterangan dari unsur-unsur yang berbentuk titik, garis, dan area.

Untuk fenomena yang menggunakan titik, seperti kota, bangunan, dan gunung sebaiknya diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut. Fenomena yang berbentuk linier, seperti sungai, pantai, jalan, dan batas wilayah administratif sebaiknya diletakkan sejajar dengan unsur tersebut. Sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit di atas objeknya. Fenomena yang memerlukan keterangan luas, seperti negara, danau, dan pegunungan sebaiknya penamaan ditempatkan memanjang.
(3) Nama-nama harus terletak bebas satu dengan lainnya dan diusahakan tidak terganggu simbol-simbol lainnya. Namanama tidak boleh saling berpotongan kecuali apabila ada nama yang huruf-hurufnya memiliki jarak yang jelas.
(4) Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus teratur.
(5) Nama-nama yang terpusat di suatu titik lokasi harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat tidak terlalu mepet.
(6) Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dimana penem patannya teratur sehingga tiap angka terbaca dan terdapat ada arah mendaki lereng.
(7) Pemilihan huruf bergantung pada perencanaan kartografer sendiri. Akan tetapi, jenis-jenis huruf tersebut harus sama pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan tentang pemakaian jenis huruf. Misalnya, huruf-huruf tegak lurus untuk nama-nama fenomena budaya (kota, jalan, lalulintas), dan huruf miring untuk nama-nama unsur fisik (sungai, danau, pegunungan).

Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku mengenai pemilihan jenis huruf karena diserahkan sepenuhnya pada kartografer dengan tetap memerhatikan prinsip agar peta tersebut dapat memberikan kemudahan bagi para penggunanya.


5) Koreksi Kesalahan

Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan menggunakan alat sederhana antara lain:
a) ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas;
b) kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.

Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut terutama terjadi pada garis-garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, tetapi menjadi A¹. Hal tersebut perlu dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E. Caranya sebagai berikut.

Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya, jarak A - B pada polygon 4 cm, maka jarak pada garis A - B juga 4 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E - A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan panjang kesalahannya, yaitu a. Kemudian dari garis kesalahan tersebut kemudian tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.

Langkah Membuat Peta 9





Sekian materi mengenai Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan dari Geografisku, Semoga bermanfaat.

0 Response to "Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan"

Posting Komentar